Home / Politik / Digitalisasi Pendidikan: Prabowo Bagikan Smart TV ke 288-330 Ribu Sekolah

Digitalisasi Pendidikan: Prabowo Bagikan Smart TV ke 288-330 Ribu Sekolah

Digitalisasi Pendidikan

Digitalisasi Pendidikan – Presiden Prabowo Subianto meluncurkan program Smart TV ke ratusan ribu sekolah, termasuk di daerah 3T, untuk mendukung pembelajaran daring, pemerataan akses guru, dan Digitalisasi di kelas.

Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto mengusung sebuah inisiatif besar di bidang pendidikan: distribusi “Smart TV” (layar pintar) ke sekolah-sekolah di seluruh Nusantara. Program ini diklaim sebagai upaya percepatan digitalisasi pendidikan, meningkatkan pemerataan akses guru dan konten pembelajaran, terutama di wilayah terpencil, terluar, dan tertinggal (3T). Artikel ini membahas latar belakang, target, manfaat, tantangan, dan prospek program Smart TV beserta implikasinya terhadap pendidikan nasional.

BACA JUGA : Atap Sekolah SMKN 1 Cileungsi Roboh Hantam Siswa


Latar Belakang Program

  • Pada Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD tahun 2025, Presiden Prabowo menyampaikan bahwa salah satu prioritas pemerintahannya adalah memperkuat digitalisasi pendidikan di Indonesia. Sebagai bagian dari itu, akan dibagikan sekitar 288.000 unit Smart TV ke sekolah-sekolah di daerah 3T.
  • Target selanjutnya adalah agar hingga akhir 2025, 330.000 sekolah di seluruh Indonesia memiliki layar digital pintar (smart digital screen).
  • Program ini juga dikenal sebagai bagian dari “smart class” dan Digitalisasi Pendidikan sekolah, yang akan mulai diimplementasikan sejak Juli 2025, dan diharapkan seluruh sekolah mendapatkan perangkat tersebut paling lambat pertengahan 2026.


Tujuan dan Manfaat

Program pembagian Smart TV untuk Digitalisasi Pendidikan oleh Prabowo memiliki beberapa tujuan utama, antara lain:

  1. Pemerataan Akses Pendidikan
    Untuk sekolah-sekolah di wilayah 3T, yang sering kekurangan guru ahli, fasilitas digital, atau materi ajar interaktif. Dengan Smart TV, sekolah-sekolah tersebut bisa mengakses pelajaran dari guru-guru terbaik secara daring.
  2. Digitalisasi Pembelajaran dan Transformasi Kelas
    Mengubah model belajar tradisional menuju kelas cerdas (smart classroom) yang memiliki konten multimedia, interaksi digital, dan materi belajar yang bisa diulang lewat konten digital.
  3. Mengurangi Kesenjangan Kualitas Guru dan Fasilitas
    Fungsi teknologi agar ketidakhadiran guru pakar di suatu daerah bisa diatasi melalui sistem pengajaran pusat yang disiarkan ke banyak sekolah. Sehingga semua siswa bisa mendapatkan pengajaran yang ‘setara’.
  4. Memperkuat Infrastruktur Pendidikan
    Tidak hanya perangkat Smart TV saja, tetapi juga semua pendukung seperti jaringan internet, pelatihan guru, konten pembelajaran, dan manajemen kelas digital.


Target dan Skala Program

  • Jumlah unit yang ditargetkan tahun ini beragam menurut sumber, yaitu 288.000 unit Smart TV untuk sekolah-sekolah di daerah 3T.
  • Pemerintah menargetkan bahwa hingga akhir 2025, 330.000 sekolah secara keseluruhan akan menerima Smart TV atau layar digital pintar.
  • Pengiriman tahap awal dimulai sejak pertengahan tahun dan akan terus berkembang. Beberapa ribu sekolah sudah mulai menerima perangkat, dengan target 100.000 sekolah akan memiliki unit layar pintar pada tanggal tertentu.


Tantangan dan Kritik

Meskipun program Digitalisasi Pendidikan ini tampak ambisius dan banyak mendapat sambutan positif, ada beberapa kritik dan tantangan yang perlu diperhatikan:

  1. Kesiapan Infrastruktur Internet
    Di banyak daerah 3T, jaringan internet masih lemah atau tidak stabil. Tanpa koneksi internet yang baik, Smart TV dan konten digital tidak bisa dimanfaatkan secara optimal. Kritik menyebut bahwa alat tanpa dukungan infrastruktur bisa jadi hanya pajangan saja.
  2. Persiapan Sumber Daya Manusia (SDM)
    Banyak guru di daerah yang belum terbiasa dengan teknologi digital interaktif. Tanpa pelatihan yang cukup, penggunaan Smart TV bisa kurang efektif. Konten pendidikan dan materi ajar juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan lokal dan jenjang pendidikan.
  3. Kualitas Konten dan Materi Ajar
    Smart TV hanya alat; konten yang disampaikan harus menarik, relevan, dan interaktif. Perlu ada pengawasan agar materi tidak monoton atau hanya mengulang metode lama yang dikemas secara digital.
  4. Potensi Ketimpangan dalam Distribusi
    Ada risiko bahwa sekolah di daerah perkotaan yang sudah punya fasilitas bisa lebih dulu mendapatkan, sementara sekolah di pelosok atau terluar tetap tertinggal jika distribusinya tidak merata dan pengawasannya lemah. Oleh karena itu, pemerintah perlu memprioritaskan sekolah paling membutuhkan.
  5. Proses Pengadaan dan Transparansi
    Kritik juga muncul terkait proses pengadaan Smart TV, seperti apakah dilakukan tender, spesifikasi perangkat, keberlanjutan pemeliharaan, dan anggaran. Tanpa transparansi, akan muncul pertanyaan publik dan potensi pemborosan.


Prospek dan Harapan

Jika program Digitalisasi Pendidikan ini dilaksanakan dengan baik, bersama dukungan penuh dari berbagai pihak, maka beberapa harapan akan bisa terwujud:

  • Peningkatan Kualitas Pendidikan lewat metode belajar yang lebih interaktif, tidak hanya mengandalkan buku atau guru lokal saja. Ini bisa membantu siswa memahami konsep dengan visual dan praktik digital.
  • Penyediaan Materi Belajar yang Merata dari pusat, sehingga siswa di daerah bisa mendapatkan pelajaran yang sama dengan siswa di kota besar.
  • Pengurangan Dampak Kekurangan Guru Pakar di mata pelajaran tertentu, terutama di bidang sains, bahasa asing, atau teknologi, karena pengajaran pakar bisa disiarkan ke banyak sekolah.
  • Dorongan Literasi Digital bagi siswa dan guru, agar lebih adaptif terhadap transformasi teknologi di abad ke-21.
  • Pemerataan Kesempatan Belajar yang lebih adil, sehingga anak-anak dari keluarga kurang mampu dan daerah terpencil tidak tertinggal hanya karena fasilitas fisik dan guru terbatas.


Kesimpulan

Program Prabowo untuk membagikan Smart TV ke ratusan ribu sekolah Indonesia adalah langkah nyata dalam agenda digitalisasi pendidikan dan pemerataan akses belajar. Dengan target 288.000 hingga 330.000 sekolah, terutama di wilayah 3T, diharapkan program ini mengatasi tantangan selama ini: kurangnya guru ahli, fasilitas yang tidak memadai, dan gap pendidikan antar daerah.

Namun, agar program Digitalisasi Pendidikan ini benar-benar berdampak positif, pelaksanaannya harus mencakup pembangunan infrastruktur internet, pelatihan guru, konten yang relevan, distribusi yang adil, dan transparansi pengelolaan. Jika semua elemen ini berjalan selaras, Smart TV di sekolah bisa menjadi pintu menuju perubahan besar di pendidikan Indonesia.

Tag: