Mediainfo.biz – Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan kesiapan menghadapi panggilan dan teguran dari Presiden Prabowo Subianto sebagai bagian dari tanggung jawab pemerintahan dalam pemantauan kinerja menteri.
Pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, muncul perhatian publik terhadap mekanisme pengawasan kinerja para menteri. Salah satu tokoh yang tengah menjadi sorotan adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Ia menyatakan dirinya siap dipanggil dan ditegur oleh Presiden Prabowo, apabila diperlukan, sebagai bagian dari tanggung jawab seorang pembantu presiden dalam pemerintahan.
Kesiapan untuk Dipanggil dan Ditegur
Menteri ESDM Bahlil mengungkapkan bahwa dirinya “setiap dipanggil pasti ditegur” oleh Presiden Prabowo. Pengertian “teguran” yang dimaksudnya bukan sekadar ralat administratif, melainkan bentuk komunikasi langsung antara kepala negara dan menterinya dalam rangka menjaga kinerja dan akuntabilitas. Ia menegaskan bahwa panggilan dari Presiden bukan sesuatu yang mengejutkan, melainkan bagian dari rutinitas koordinasi dan evaluasi.
Hal ini muncul dalam konteks pernyataan Presiden Prabowo yang menyampaikan bahwa seorang menteri bisa mendapatkan hingga tiga kali teguran sebelum akhirnya dilakukan reshuffle atau pergantian jabatan — sebuah sinyal kuat bahwa tidak ada “zona nyaman” bagi menteri yang tidak menunjukkan kinerja sesuai target pemerintahan.
Menteri ESDM Bahlil pun mengaku dirinya pernah dipanggil karena isu distribusi LPG 3 kg yang sempat menimbulkan kekisruhan, dan ia mengakui bahwa tanggung jawab sepenuhnya berada pada kementeriannya
BACA JUGA : Cak Imin Ungkap: Pemerintah Siapkan Bayar Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan
Makna Teguran dalam Pemerintahan
Teguran presiden kepada menteri bisa dilihat sebagai alat kontrol politik dan administratif. Dalam pemerintahan, sebuah teguran menunjukkan bahwa kepala pemerintahan menaruh perhatian langsung terhadap jalannya kebijakan dan pelaksanaan program.
Bagi menteri seperti Menteri ESDM Bahlil , sikap “siap ditegur” menunjukkan kesadaran akan posisi dan tanggung jawab besar yang diemban. Hal ini bisa memperkuat kepercayaan publik bahwa pemerintahan tidak hanya memberi instruksi, tetapi juga memantau dan siap mengambil tindakan bila diperlukan.
Konteks Panggilan Menteri
Panggilan dari Presiden Prabowo terhadap Menteri ESDM Bahlil terjadi pada beberapa kesempatan. Salah satu contoh adalah saat terjadi kelangkaan LPG 3 kg dan pembenahan distribusi yang sempat memicu protes publik. Menteri ESDM Bahlil mengungkap bahwa ia telah dipanggil ke Istana untuk memberikan penjelasan dan laporan mengenai langkah penanganan situasi tersebut.
Konteks lainnya adalah pola rapat terbatas Pemerintah yang digelar pada akhir pekan atau di hari yang biasanya libur, yang disebut Menteri ESDM Bahlil sebagai tradisi Presiden Prabowo untuk “tidak mengenal tanggal merah”.
Implikasi terhadap Kinerja dan Akuntabilitas
Dengan adanya mekanisme pemanggilan dan teguran seperti ini, beberapa implikasi penting muncul:
- Peningkatan akuntabilitas: Menteri tahu betul bahwa performa mereka dipantau langsung oleh pimpinan tertinggi negara.
- Efisiensi pelaksanaan kebijakan: Teguran cepat bisa mendorong revisi atau percepatan kebijakan yang belum berjalan optimal.
- Kepastian publik bahwa tanggung jawab dijalankan: Jika menteri siap dipanggil dan bertanggung jawab, maka publik dapat merasa bahwa pemerintah serius dalam menjalankan tugasnya.
- Tantangan tekanan kerja tinggi: Namun, mekanisme ini juga dapat memberi tekanan tambahan bagi menteri untuk selalu siap, bahkan di luar jam kerja normal.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Meski positif dari sisi kontrol, terdapat beberapa tantangan yang patut diperhatikan:
- Dampak terhadap budaya birokrasi: Jika teguran dianggap semata-mata bentuk hukuman, bisa muncul budaya takut membuat keputusan.
- Transparansi proses: Masyarakat mungkin bertanya mengenai kriteria dan tahapan mana yang menjadi dasar teguran atau pemanggilan, dan bagaimana hasil evaluasi tersebut diikuti oleh tindakan nyata.
- Keseimbangan antara kontrol dan kebebasan kebijakan: Menteri membutuhkan ruang untuk inovasi dan pengambilan keputusan cepat tanpa ketakutan fasilitator timbulnya “paralisis” karena takut ditegur.
Kesimpulan
Pernyataan Menteri Bahlil Lahadalia bahwa dirinya siap dipanggil dan ditegur oleh Presiden Prabowo Subianto mencerminkan bahwa dalam pemerintahan saat ini, kontrol atas kinerja menteri tidak bersifat pasif. Panggilan dan teguran menjadi alat penting untuk menjaga akuntabilitas, mempercepat implementasi kebijakan, dan memastikan bahwa tanggung jawab jabatan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
Namun demikian, keberhasilan mekanisme tersebut tidak hanya ditentukan oleh panggilan ataupun teguran saja, melainkan juga bagaimana hasil evaluasi ini ditindaklanjuti secara konkret, dan bagaimana budaya kerja birokrasi selaras dengan tujuan besar pemerintahan. Bagi publik, sikap terbuka menteri seperti Bahlil merupakan sinyal positif bahwa pemerintahan berpihak pada efektivitas dan hasil nyata untuk masyarakat.